24.4.08

Two Bad Bricks

..Pagi ini mendapatkan renungan yang sangat menyegarkan hariku..
Two Bad Bricks


...Namun, setiap kali kita memandang, mata kita hanya berfokus pada kesalahan. Hanya kesalahan yang terlihat, dan kita merasa hanya kesalahan yang ada, maka kita ingin untuk menghancurkannya...

...Oleh Ajahn Brahm...

Setelah kami membeli tanah untuk vihara kami di tahun 1983, kami kehabisan uang. Kami berhutang. Belum ada bangunan di atas tanah. Gubuk pun tidak. Pada minggu-minggu pertama, kami tidur di atas pintu tua yang dibeli dengan murah dari tempat loak. Kami menaruhnya di atas tumpukan batu bata di setiap sudutnya untuk meninggikan posisinya di atas tanah. (Tidak ada matras, tentunya kami adalah bhiksu hutan).

Kepala vihara mempunyai pintu terbaik, yang rata. Pintu saya bergelombang dengan lubang di tengahnya tempat pegangan pintu. Saya senang karena pegangan pintunya telah dicopot, tapi itu meninggalkan sebuah lubang di tengah-tengah pintu pembaringan saya. Saya bercanda dengan mengatakan sekarang saya tidak perlu meninggalkan pembaringan untuk ke toilet! Namun sejujurnya, angin dingin masuk melalui lubang tersebut. Saya tidak bisa tidur beberapa malam itu.
Kami hanyalah bhiksu miskin yang membutuhkan bangunan. Kami tidak bisa membayar tukang. Bahan-bahan bangunannya sudah cukup mahal. Jadi saya belajar untuk bertukang: bagaimana menyiapkan fondasi, menyemen dengan batu bata, membangun atap, langit-langit semuanya. Saya dulunya ahli fisika teoritis dan guru sekolah tinggi (SMU) sewaktu masih umat awam. Saya tidak terbiasa kerja kasar. Setelah beberapa tahun, saya sudah cukup mahir dalam bertukang, bahkan saya menyebut rekan-rekan bhiksu sebagai BBC (Buddhist Building Company - Perusahaan Kontraktor Buddhis). Tapi saat saya memulainya, pekerjaan itu sangat sulit.
Kelihatannya memang mudah untuk menembok dengan sebuah batu bata: seonggok semen di bawah, ketok sini, ketok sana. Sewaktu saya mencoba melakukannya, saya ketok satu sisi untuk meratakannya, sisi yang lain jadi menaik. Lalu saya ketok sisi tersebut, batu batanya tidak lagi lurus. Setelah saya ratakan kembali, sisi yang pertama kembali menjadi terlalu tinggi. Coba saja sendiri!
Sebagai bhiksu, saya mempunyai kesabaran dan waktu yang banyak, sebanyak yang saya butuhkan. Saya pastikan setiap batu bata terpasang sempurna, tidak peduli berapa lamanya saya bekerja. Akhirnya, saya menyelesaikan tembok saya yang pertama dan berdiri di depan untuk mengaguminya. Saat itulah saya menyadari saya melupakan dua batu bata. Semua batu bata terpasang sempurna dengan lurus, tapi yang dua ini terpasang miring. Kelihatan sangat jelek. Merusak pemandangan ke seluruh tembok. Kelihatan kacau.
Saat itu, semennya sudah mengeras, tidak bisa lagi mencabut dua batu bata tersebut, maka saya bertanya kepada kepala vihara apakah saya bisa merobohkan saja dinding tersebut dan memulai dari awal kalau perlu, meledakkannya. Saya membuat kesalahan dan sangat malu. Kepala vihara berkata tidak perlu, temboknya dibiarkan saja.
Sewaktu saya mengajak pengunjung pertama untuk melihat-lihat pembangunan vihara, saya selalu berusaha mencoba menghindari mereka untuk melihat tembok tersebut. Saya tidak suka orang-orang melihatnya.
Pada suatu hari, sekitar tiga atau empat bulan setelah saya membuat tembok tersebut, saya mengantarkan seorang pengunjung dan dia melihatnya. Tembok yang indah, katanya dengan santai. "Pak," saya menjawab dengan kaget, "Apakah kacamata anda ketinggalan di mobil? Apakah mata anda tidak beres? Tidakkah anda melihat dua batu bata yang merusak keseluruhan tembok itu?"
Apa yang dikatakannya kemudian mengubah sudut pandang saya secara keseluruhan mengenai tembok itu, mengenai diri saya dan mengenai berbagai aspek-aspek lain mengenai hidup. Dia berkata, "Ya. Saya bisa melihat dua batu bata miring itu. Tapi saya juga melihat 998 batu bata yang terpasang sempurna di sini."
Saya tersadar. Untuk pertama kalinya dalam tiga bulan ini, saya bisa melihat batu bata-batu bata yang lain, selain dua batu bata tersebut. Di atas, bawah, kiri dan kanan batubata tersebut adalah batu bata yang terpasang dengan baik, sempurna. Lagipula, batu bata yang terpasang sempurna jauh lebih, lebih banyak daripada dua batu bata yang jelek tadi. Sebelumnya, mata saya akan berfokus hanya kepada dua kesalahan tadi. Saya menjadi buta terhadap hal-hal lainnya.
Itulah sebabnya mengapa saya tidak tahan melihat tembok itu, atau memperlihatkannya kepada orang lain. Itulah sebabnya mengapa saya ingin menghancurkannya. Sekarang saya dapat melihat batu bata lain yang baik, temboknya juga tidaklah terlalu jelek. Buktinya satu pengunjung berkata, "Tembok yang indah".
Tembok itu masih ada di sana sampai sekarang, dua puluh tahun kemudian, tapi saya sudah lupa di mana tepatnya kedua batu bata yang terpasang miring itu. Saya benar-benar tidak dapat melihatnya lagi.
Berapa orang yang mengakhiri hubungan cinta atau bahkan bercerai karena apa yang mereka lihat pada pasangannya hanyalah dua batu bata jelek? Berapa banyak yang menjadi depresi bahkan melakukan bunuh diri, karena yang bisa mereka lihat pada dirinya hanyalah dua batu bata jelek. Sebenarnya, ada banyak, banyak sekali batu bata baik yang terpasang sempurna di atas, bawah, kiri dan kanannya tapi seringkali kita tidak bisa melihatnya.

Namun, setiap kali kita memandang, mata kita hanya berfokus pada kesalahan. Hanya kesalahan yang terlihat, dan kita merasa hanya kesalahan yang ada, maka kita ingin untuk menghancurkannya. Dan kadang, menyedihkan, kita benar-benar menghancurkan tembok yang indah tersebut.

Kita semua memiliki dua batu bata jelek, tapi batu bata-batu bata yang terpasang sempurna di diri kita jauh lebih banyak daripada kesalahannya. Sekali kita bisa melihat ini, keadaan sebenarnya tidaklah terlihat terlalu buruk. Tidak hanya kita bisa berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita, namun kita juga bisa menikmati hidup bersama dengan pasangan.

Saya telah menceritakan hal ini berkali-kali. Pada suatu kesempatan, seorang pekerja bangunan datang dan menceritakan sebuah rahasia profesinya. "Kami pekerja bangunan selalu membuat kesalahan," katanya, "Tapi kami mengatakan kepada klien bahwa ini adalah fitur unik yang tidak terdapat di rumah lain pada perumahan yang sejenis. Dan kami menagih bayaran extra ribuan dollar untuk itu!"

Jadi fitur unik di rumah anda mungkin berawal dari sebuah kesalahan. Sama halnya, apa yang anda sangka sebagai kesalahan pada diri anda, pasangan anda, atau dalam hidup secara umum, dapat menjadi fitur unik, memperkaya waktu anda di sini, sewaktu anda berhenti berfokus padanya.


Sumber: Two Bad Bricks oleh Ajahn BrahmWednesday, 01 December 2004 --------- --------- --------- --------- -

23.4.08

Imunisasi buat Dewasa

Seminggu yang lalu ada temen yang nelpon aku, dia nanyain tentang vaksinasi buat orang dewasa. Rupanya dia akan berangkat ke luar negeri dalam rangka dinas selama beberapa tahun. Wah, enak juga jalan-jalan gratisan ke negeri orang. Tapi ternyata prosedurnya lumayan ribet, dia kudu menyelesaikan berbagai macam persyaratan dan diantaranya vaksinasi. Well, ternyata banyak juga itemn buat vaksinasi orang dewasa. Dan harganya.. Hehehe.. cukup menguras habis isi dompetku. Syukurnya untuk vaksinasi yang itemnya banyak ini dia dicover oleh asuransi perusahaannya.
Penasaran juga, akhirnya aku cari tau apa aja vaksinasi yang diperlukan buat orang dewasa, terutama buat mereka yang akan bepergian ke suatu negara dengan epidemi penyakit tertentu.
So, check this out...
Imunisasi Dewasa antara lain :
1. DT (Difteri dan Tetanus)
- Buat orang dewasa yang udah pernah dapat vaksinasi DPT lengkap (waktu kecil)
maka hanya diberi booster (dosis penguat) saja yang dapat diulang tiap 10 tahun.
- Buat orang dewasa yang belum pernah dapat vaksinasi lengkap, so kudu mulai dari awal
pemberian 3 dosis seri primer DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus). Jarak pemberian dosis
adalah 0 hari ->4 minggu -> 6-12 bulan. Setelahnya booster tiap 10 tahun.
2. MMR (Measles, Mumps, Rubella)
- Hanya single dose. Tapi buat mereka yang punya resiko tinggi terpapar, misalnya petug as kesehatan atau sering bepergian perlu 2 dosis dengan jarak pemberian 4 minggu.
3. Influenza
- Pemberiannya dapat tiap tahun, sangat dianjurkan untuk calon jamaah haji, usia >50 th, dewasa muda dengan penyakit jantung, paru kronis, gangguan ginjal, DM, petugas kesehatan.
4. Pneumokok
- Single dose, dianjurkan buat yang usianya > 65 tahun, atau mereka yang mempunyai resiko.
5. Hepatitis A
- 2 dosis, jarak pemberiannya o hari -> 6 sampai 12 bulan.
- Terutama buat yang beresiko seperti penyaji makanan, travellers, pengguna narkoba, gangguan pembekuan darah, peneliti.
6. Hepatitis B
- 3 dosis, jarak pemberiannya 0 hari -> 1 bulan -> 6 bulan.
7. Meningokok
- Single dose, booster setiap 3 tahun.
- Wajib untuk calon jemaah haji dan travellers ke daerah epidemi meningokok (Afrika).
8. Varisela
- 2 dosis, jaraknya 0 hari -> 4 sampai 8 bulan.
- Dianjurkan buat petugas kesehatan, wanita usia subur, travellers.
9. Demam Tifoid
- Single dose, booster tiap 3 tahun.
- Dianjurkan buat pekerja jasa boga, wisatawan ke daerah endemis.
10. Yellow Fever
- Single dose, booster tiap 10 tahun.
- Wajib oleh WHO untuk travellers ke Afrika Selatan.
11. Japanese Encephalitis
- Single dose.
- Buat travellers ke daerah endemis (Asia Timur).
12. Rabies
- Buat mereka yang beresiko tinggi tertular (dokter hewan atau siapa saja yang beresiko
kontak dengan hewan yang tersangka rabies).
Efek samping vaksin biasanya nyeri dan bengkak di tempat suntikan yang akan hilang dalam
waktu 48 jam. Yang perlu diingat adalah orang dewasa yang akan divaksinasi tersebut dalam keadaan SEHAT, TIDAK ALERGI terhadap bahan vaksin, TIDAK sedang HAMIL.
Harganya per item? Hehehe.. Seperti yang udah kutulis di atas, Cukup mahal, karena import.
Alhasil sampe sekarang aku juga cuma ikutan vaksinasi Hepatitis B. Kalo Varisela dan Rubella buatku udah nda perlu, karena aku dah dapet ni penyakit waktu lagi dines di UGD 2 tahun yang lalu karena terpapar dari pasien-pasienku (terbukti kan resiko dokter gede euy!!). Buat jenis vaksinasi yang lainnya ntar aja ahh.. tunggu sponsor, hehehe...

22.4.08

Pijet ala Bude

Hari ini dines di poli expat plus poli karyawan. Hmmm.. Semoga lancar-lancar aja. Soalnya udah 2 hari berturut-turut aku ndak istirahat, lanjut jaga ruangan ampe jam 23.00 wita, kebayang kemaren wira-wiri semua ruangan rawat inap dari ICU ampe ruang anak, jadi sekarang ini badanku rasanya pegaaaallll..buanget!.. Jadi kebayang pengen ke bude Marconi nih, lumayan massagenya tepat banget ngilangin pegel-pegel..
Well, a good idea! Ntar kontak bude, semoga dia bisa mijetin aku, hehehe.. Biar kata seorang dokter, tapi aku maniak banget ama pijet, massage, spa, de el elll..yang notabene traditional therapy. Dan selama di Balikpapan, akhirnya nemuin juga ibu-ibu separoh baya yang jago mijet. Awalnya nyeri banget, soalnya dia mijetnya di titik-titik yang katanya ototnya mbulet, kaku! Hehehe.. Jadi ntar meringis-ringis plus teriak deh nahan sakit. tapi setelahnya, waaaooowww.. Seger lagi! Hilang nyeri pundak ama pegal-pegalnya.. Mantap banget yaaa... Hidup Bude!

21.4.08

Dokter PTT

Well, ndak terasa udah 3 tahun lebih aku dinas di RS ini. Kalo kuinget hari-hari pertama kerjaku, hehehe.. Luar biasa!..

Aku lulus dari Fakultas Kedokteran Swasta di Jawa Barat pada bulan Oktober 2003, setelah lulus dan mendapat gelar dokter umum jadi semangat banget buat kerja. Pengalaman pertama adalah jaga BP atau klinik 24 jam dengan bermodalkan SIPS (Surat Ijin Praktek Sementara..waktu itu cuma 6 bulan aja ijinnya). Tapi buatku rasanya masih kurang..Setelah 6 bulan mau kemana?.. Masa SIPS terus??...Akhirnya me & the girls jadi pada heboh ke DinKes buat daftar PTT Pusat..Tinggal aku yang bingung menetapkan tujuan.. Maksud hati ikut PTT Pusat buat mudik ke daerah asal, tapi katanya udah tutup, trus nego kalo ndak ikut PTT gimana? Ternyata nanti gak bisa dapat SIP (Surat Ijin Praktek), gak bisa praktek, gak bisa kerja, gak bisa mengamalkan ilmu, dst..Bingungggg.. Jadi WAKTU ITU harus atawa Wajib PTT.
Akhirnya setelah mencari informasi kesana-kemariada pilihan yang lain lagi seperti PTT Cara Lain dan PTT Daerah. Kalo PTT Cara Lain kita bisa bekerja di sebuah instansi RS sebagai seorang dokter PTT dengan syarat RSnya bukan di ibukota provinsi. TRus kalo PTT Daerah, kita bekerja sebagai dokter umum dengan pembiayaan dari daerah setempat. Dan untuk kota Bandung, buat PTT Daerah ndak bisa, buat PTT Cara Lain syaratnya ribet, dan untuk PTT Pusat antriannya PANJANGGGG... Ternyata lembaran ijazah belum cukup buat seorang dokter umum yang baru lulus. Alhasil, sambil menunggu antrian PTT Pusat yang puanjang buanget, aku kembali bertugas sebagai dokter di Klinik 24 jam.. Kadang tinggal di klinik 2 hari trus balik ke kost, kadang hanya sehari trus balik lagi ke kost, begitu terus sampai akhirnya aku dipanggil orang tua tuk pulang kampung. Menurut beliau, lebih baik nunggu antrian di rumah sendiri, hitung-hitung menghemat ongkos biaya tempat tinggal dan makan.. So, aku mudik dan mulai menunggu dan mencari lagi..
Waktu dah nyampe kota kecilku, ternyata banyak pilihan tempat pekerjaan. Dan setelah survey kesana-kesini, melamar kesana-kesini.. Sambil tetep jadi dokter tembak (gantiin jaga klinik temen yang sibuk maksudnya) akhirnya aku diterima bekerja di RS Swasta yang bersedia mempekerjakan dokter umum dengan status PTT (PTT cara lain).